Pemmali Dalam Budaya Bugis Pemmali Dalam Budaya Bugis

Monday, December 31, 2012

Pemmali Dalam Budaya Bugis

. Monday, December 31, 2012

Pemmali  merupakan istilah dalam masyarakat Bugis yang digunakan untuk menyatakan larangan kepada seseorang yang berbuat dan mengatakan sesuatu yang tidak sesuai. Pemmali dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi pemali, yang memiliki makna pantangan, larangan berdasarkan adat dan kebiasaan.


Masyarakat Bugis meyakini bahwa pelanggaran terhadap pemmali akan mengakibatkan ganjaran atau kutukan. Kepercayaan masyarakat Bugis terhadap pemmali selalu dipegang teguh. Fungsi utama pemmali adalah sebagai pegangan untuk membentuk pribadi luhur. Dalam hal ini pemmali memegang peranan sebagai media pendidikan budi pekerti.

Pemmali  biasanya dituturkan oleh orang tua kepada anak, kakak kepada adiknya, suami kepada istrinya, dan sebagainya. 

Pemmali muncul atau dituturkan apabila seseorang melakukan yang tidak sesuai dengan adat, dianggap melanggar etika, dan perbuatan lain yang dianggap tidak pantas.

Masyarakat Bugis menggunakan pemmali sebagai pengendalian dari diri dalam bertindak. Pemmali diwariskan secara turun temurun akibat adanya pengalaman masa lalu dan kebiasaan-kebiasaan yang dihubungkan dengan kejadian yang menimpanya. Meski pun kejadian yang dialami terjadi hanya karena kebetulan saja, tetap diyakini sebagai ganjaran atas pelanggaran terhadap pemmali.


Bentuk-bentuk Pemmali

Pemmali dalam masyarakat Bugis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemmali dalam bentuk perkataan dan pemmali dalam bentuk perbuatan.

1. Pemmali Bentuk Perkataan

Pemmali bentuk ini berupa tuturan atau ujaran. Biasanya berupa kata-kata yang dilarang atau pantang untuk diucapkan. Kata-kata yang pantang untuk diucapkan disebut kata tabu. Contoh kata balawo (tikus), buaja (buaya), guttu (guntur). Kata-kata tersebut jika diucapkan, diyakini akan menghadirkan bencana atau kerugian. Misalnya, menyebut kata balawo (tikus) dipercaya masyarakat akan mengakibatkan gagal panen karena serangan hama tikus.

Untuk menghindari penggunaan kata-kata tabu dalam berkomunikasi, masyarakat Bugis menggunakan padanan kata yang lebih halus. Misalnya, kata punna tanah (penguasa tanah) digunakan untuk menggantikan kata balawo, punna uwae (penguasa air) digunakan untuk menggantikan kata buaja.

2. Pemmali Bentuk Perbuatan atau Tindakan

Pemmali bentuk perbuatan atau tindakan, merupakan tingkah laku yang dilarang untuk dilakukan guna menghindari datangnya bahaya, karma, atau berkurangnya rezeki.


Beberapa contoh pemmali dan maknanya

1. Riappemmalianggi anaâ daraE makkelong ri dapurennge narekko mannasui (Pantangan bagi seorang gadis menyanyi di dapur apabila sedang memasak atau menyiapkan makanan).

Masyarakat Bugis menjadikan pantangan menyanyi pada saat sedang memasak bagi seorang gadis. Akibat yang dapat ditimbulkan dari pelanggaran terhadap larangan ini adalah kemungkinan sang gadis akan mendapatkan jodoh yang sudah tua. Secara logika, tidak ada hubungan secara langsung antara menyanyi di dapur dengan jodoh seseorang. Jika dimaknai lebih lanjut, pemmali di atas sebenarnya memiliki hubungan erat dengan masalah kesehatan. Menyanyi di dapur dapat mengakibatkan keluarnya ludah kemudian terpercik ke makanan.

2. Pemmali mattula bangi tauwe nasaba’ macilakai (Pantangan bertopang dagu sebab akan sial).

Bertopang dagu menunjukkan sikap seseorang yang tidak melakukan sesuatu. Pekerjaannya hanya berpangku tangan. Perbuatan ini mencerminkan sikap malas. Orang yang demikian biasanya hidup menderita. Ia dianggap sial karena tidak mampu melakukan pekerjaan yang mendatangkan hasil untuk memenuhi kebutuhannya.





0 komentar :

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Terimakasih banyak atas kunjungannya